GIVING UP ON YOU.
Aku tidak tau harus
mulai dari mana. Singkatnya kita mulai dari gelapnya malam yang di temani
cahaya biru di depan pagar. Untaian warnanya kadang menyejukan. Bersahut-sahut
berebut untuk berpijar. Kisah ku banyak. Rumit. Dan sulit di jelaskan. Ini di awali
dari hati yang sulit jatuh cinta. Menunggu seseorang untuk pelan mengetuknya.
Menerima mungkin
menjadi kesalahan bagiku. Sekedar mengisi posisi karna takut dibilang sendiri.
Menjadikan mereka pelampiasan mungkin salahku dari awal aku mengatakan “iya”.
Bermain hati dan menjadikannya sebagai sejarah tidak berarti. Kebiasaan muda
yang berdampak jadi karma.
Saat ini, hanya segelas
susu yang menemani. Dan dengan rasa cinta yang ku sebut “tidak pada tempatnya”.
Baru ini aku jatuh cinta. Bahkan aku tidak tau apakah ini cinta atau sangat
mencinta. Yang aku mengerti, aku tidak pernah berhenti memandang mu. Disaat kamu
berbicara, aku berusaha untuk tidak berkedip sekali pun. Agar indahnya tidak
hilang sepersekian detik dari mataku. Nafas ku juga selalu sesak. Karna aku
tidak mau mengambil jatah oksigen mu. Bibir ku selalu ragu untuk bicara. Takut
terucap yang tak perlu.
![Hasil gambar untuk secret admirer](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifK36SP26dhnRNXE4BoGBrP-EiTxLysqLBsjxqAWscFH4XlnPeDHN_619wiOOGfP8DkpA3LnkHGF4PH5GUHtVvpDEfoaAx1rVUJV_Cchn1LQ3y4Ss8E57SWbqJ_rcAFC-4TuBlXCGwwQ/s320/secret-admirer1.jpg)
Jika aku jatuh cinta.
Aku begitu perhatian. Aku bahkan membuang waktu “me time” hanya untuk “your
time”. Berharap suatu hari menjadi waktu “we time”. Aku paling sedih melihat
kamu terluka. Ingin rasanya mengusap sedih itu, tapi aku sadar aku hanya teman
biasa. Aku paling takut jika kamu melakukan hal ekstrim yang bisa menyulitkan
mu. Aku tau kamu menyukai tantangan, tapi terkadang membahayakan. Aku paling
kecewa saat kamu bicara vulgar tentang hubungan pria dan wanita. Ingin rasanya
melarangnya, tapi lagi, aku bukan siapa-siapa.
Aku sering bertingkah
so cool atau bahkan terkadang jail untuk menarik perhatiannya. Dengan
menyenggolmu, dengan tidak menjawab pertanyaanmu, dan berusaha tertawa sekeras
mungkin meskipun lawakanmu tidak ada lucu-lucunya. Taukah kamu, aku paling
sering mengingat apa yang kamu perlukan agar nanti kamu tidak repot di jalan.
Nyatanya semuanya sia-sia.
Pagi yang cerah dan
bahagia, saat kita berdua salaing berbagi cerita. Kamu mengakuinya. Betapa
besarnya sukamu. Betapa besarnya sayangmu. Tapi bukan untuk ku.
Aku tidak bisa menerka
siapa orangnya. Bisa jadi sekelasmu, bisa jadi senior kita, atau bahkan sebangku mu. Detik dimana kamu
mengakuinya, detik itulah dimana aku mulai melemah. Mengetahui kenyataan yang
menamparku, menyadari bahwa aku tidak bisa memilikimu. Aku tiba-tiba teringat
dengan semua yang kulakukan dulu, inikah karma yang kudapat? Terasa
menyakitkan. Sungguh, masih terasa sakitnya.
Sebulan aku mulai bisa
melupakan mu. Tapi kedekatan kita yang mulai terajut lagi, kembali membuka luka
itu. Aku sakit hati. Tapi tidak bisa berhenti mencintai. Aku benci dengan
kondisi ku hari ini. Bahkan aku sempat bertanya kepada Tuhan kenapa takdirku
seperti ini? Bahkan aku lupa bersyukur untuk semua yang terjadi. Ini salahku.
Bukan cintanya, bukan kamunya, bukan takdirnya, tapi AKU.
Aku tidak tau harus
mengakhirinya bagaimana. Singkatnya kita akhiri dengan gelapnya malam yang di
temani cahaya biru di depan pagar. Untaian warnanya kadang menyejukan.
Bersahut-sahut berebut untuk berpijar. Kisah ku banyak. Rumit. Dan sulit di
jelaskan. Ini di awali dari hati yang sulit jatuh cinta. Menunggu seseorang
untuk pelan mengetuknya.
Maafkan aku yang pasti
membuatmu takut. Ah iya, aku lupa menuliskan ini…
I’M GIVING UP ON YOU.
Komentar
Posting Komentar