YANG BERSYUKUR PUNYA KALIAN (tribute to ATM)
YANG BERSYUKUR PUNYA
KALIAN (tribute to ATM)
Masa paling rawan untuk terluka,
adalah saat kita merasa sendiri. Merasa selalu di khianati, tidak di dengar dan
tentunya sepi. Tiap orang pasti pernah memaksakan senyum di bibirnya. Atau
menyetujui hal yang tak di inginkannya. Lalu mengencangkan musik dengan volume
terkuat di kamar, berteriak sekuatnya. Berharap seseorang menepuk kepalamu dan
mengatakan semuanya baik-baik saja.
Kali ini, akan ku ceritakan kisah ku saat aku berada di masa
itu…
Mungkin benar kata orang, tidak
ada teman yang benar-benar teman. Semua selalu berawal dengan senyum di depan
kita, lalu berakhir dengan cemoohan di belakang kita. Secara tidak sengaja, aku
ataupun mereka pernah membicarakan seseorang dari belakang. Kuakui itu. Manusia
selalu punya bakat dalam menjelek-jelekan orang lain. Aku dikhianati bukan
untuk pertama kalinya. Tapi yang ini kali pertama sakit yang menjadikan ku
sulit untuk percaya.
Ada hari dimana aku merasa semua
sangat berantakan. Sekolahku, teman-temanku, dan keluargaku. Aku beranggapan
mereka telah mematahkan semangatku, memaksaku untuk menyerah, lalu merendahkan
ku. Pada mulanya, ku kira semua akan baik-baik saja. Tapi semua sangat, sangat
terasa salah. Dibicarakan di belakang adalah kelemahan ku. Karna jujur, sebenarnya
dulu aku orang yang sangat gampang mengiyakan pendapat orang lain dari pada
umumkan pendapatku. Lalu seseorang dengan seluruh ‘kebaikannya’ itu menarik ku
ke arah yang kukira benar. Tapi ternyata malah pengkhianatan yang ku dapat.
Awalnya memang marah, tapi Tuhan memberiku pertolongan untuk melupakannya.
Masih dalam rasa kesal dan
pura-pura tidak peduli, datanglah dua manusia gila yang benar-benar
‘menghancurkan’ diriku. Awalnya terasa biasa saja. Karna aku tidak lagi percaya
teman, aku menutup mata dan berteman dengan siapa saja. Tidak terikat dengan
siapa-siapa. Tidak benar-benar peduli dengan apa yang mereka lakukan, sebelum
atau bahkan akan di lakukannya. mengucapkan apa yang kumau. Langsung tanpa
peduli apa dampaknya. Sangat-sangat tidak peduli. Tapi terhadap dua orang ini,
ada yang berbeda. Entah karna keseriusan mereka yang berlebihan atau karna cara
bercanda mereka yang di luar dugaan. Mulanya dari sekedar bertukar hobi tentang
buku, lama-lama aku lebih sering tertawa bersama mereka. Melakukan hal-hal
konyol yang tidak pernah ku lakukan. Untunglah mereka berdua orang membuka
pikirannya terhadap bagaimana aku yang sebenarnya. Mereka benar-benar
menghancurkan diriku yang lama dengan kenanganku yang lama. Tanpa ku sadari,
tiap aku mendapat masalah, besar atau kecil, tangan mereka bukannya membantuku
berdiri, tapi malah menjitak kecil kepala ku. Seakan berkata “untuk apa
bersedih? Masalah mu pasti akan selesai pada waktunya. Hadapi saja, bodoh!”.
Awalnya aku berfikir teman macam apa mereka? Tapi bukannya semakin tertekan,
malah jadi semakin tenang. Dan pada akhirnya, kata mereka benar. Itulah hal
yang pertama kali membuatku mantap mengatakan, “mereka orang baik!”.
Kita mulai saling mengumbar masa
lalu. Menceritakan masa lucu masing-masing, lalu mengejek satu sama lain. Tidak
ada marah, tapi malah jadi bahan becandaan sepanjang waktu. Saat salah satu
diantara kita mendapat keberhasilan, tidak ada iri. Malah bangga melihat salah
satu dari kita sukses lebih cepat. Semuanya sugguh terasa sangat nyaman. Kalian
menerimaku dengan baik, utuh dan apa adanya. Sama juga dengan cara ku menerima
kalian. Sampai sewaktu-waktu, aku takut semua akan kembali seperti dulu. Hatiku
masih berjaga-jaga. Karna pada awalnya semua pertemanan itu baik awalnya.
Hingga aku putuskan untuk bertingkah konyol. Menjauh dari kalian, mengatas
namakan ‘iri’ yang tak kurasakan, mencoba mengamankan hatiku cuma untuk ku.
Awalnya kalian bingung dan mempertanyakan ke anehan ku. Jawabku seadanya
membuat kalian sempat kecewa. Tapi tetap ku lakukan. Seolah tidak peduli, tapi
sungguh menyesal. Karna ketakutan ku untuk dikhianati, akhirnya aku putuskan
untuk melepaskan diri.
Tapi bodohnya aku, aku tidak
memperhitungkan tindakan kalian selanjutnya. Bukan nya malah menjauh, tapi
kalian malah lebih peduli dari biasanya. Apalagi si seseorang yang ku panggil
kakak gendut, baik mu melampau batas kala itu. Sementara seseorang yang ku
panggil emak, bersikap tidak peduli tapi memerhatikan. Aku menyerah. Mereka
berdua bukan Cuma orang baik, tapi lebih pantas di gelari Teman. Mereka tidak
menyerah terhadapku. Bahkan diantara kita, tidak segan meminta maaf. Tunggu,
sepertinya kita tidak meminta maaf, Karna jika kita berkelahi, keesokan harinya
kita pasti berbaikan seperti tidak ada yang terjadi. Kejadian kemarin itu yang
membuatku benar-benar melepas gembok kepercayaan ku dan mulai bisa percaya.
sama Tuhan pastinya. Hahahaha…bercanda.
Kita sering bertukar cerita soal
cinta. Punya pengalaman yang sama dengan si emak, semakin meyakinkan kami bahwa
takdir cinta kami memang bertepuk sebelah tangan. Sementara si kakak sibuk
dengan Harry Potter yang sering di sesatkannya. kita akhirnya sadar, bahwa pria
bukan hanya satu di dunia. Bahkan, Meskipun hanya tinggal dia pria di dunia
ini, dia tidak layak mendapatkan cinta kita para wanita. Kalau soal cinta kita
memang sering bercerita dan memberi saran, hingga akhirnya kita menyelesaikan
masa putih biru dan menyusuri perjalanan kita masing-masing di putih abu-abu.
Mungkin sekarang sudah hampir 4
tahun kita berteman. Dengan sebutan ATM, kita sering berbagi canda dan air
mata. Kita masih saling mendukung meski kita sudah sulit berkomunikasi. Si emak
masih setia memberi hadiah saat natal datang. Si kakak gendut masih setia
memberi wejangan yang tidak ku mengerti asalnya dari mana. Dan kita bertiga
masih selalu sibuk mempersiapkan kejutan ulang tahun satu sama lain bila
harinya tiba. Dan sebagai tambahan, acara ulang tahun yang kita persiapkan
selalu berakhir biasa saja. Tapi entah
kenapa, rasanya sungguh bermakna. Kita juga masih sering berbagi saran,
tantangan, dan lelucon yang bahkan kita tertawakan karna ketidak lucuannya. Untuk
penutupnya, tentu paling cocok kata maaf. Maaf bila aku tidak berubah menjadi
orang yang baik seperti kalian berdua. Maaf karna aku selalu berbicara tanpa
menggunakan filter yang baik dan benar. Maaf aku tidak bisa memikirkan
permainan gagal lainnya selain TOT. Dan maaf karna sudah memberikan waktu yang
tidak sama seperti dulu. Tapi aku sungguh bersyukur memiliki kalian berdua. Si
kakak gendut, Tasya Berliana Putri Pakpahan. Seorang wanita yang sudah semakin
bijak seiring waktu, dan yang selalu berhasil membuatku tertawa dengan celoteh
spontannya. Si emak, Mutiaranti Nainggolan. Seorang wanita yang sok cuek tapi
perhatian, dan yang selalu berbicara apa adanya langsung pada intinya. Kalian
benar-benar mengambil bagian penting dalam hidupku. Ku harap, kalian
bertanggung jawab. Untuk selalu menjadi teman terbaiku, yang gila apa adanya,
yang bijak ala kadarnya, dan yang jujur tiap waktunya.
MUTIARANTI NAINGGOLAN
TASYA PAKPAHAN
Entah kenapa aku menulis tentang
pertemuan ku dengan kalian, tapi sepertinya kalian patut di beri apresiasi
kecil. Tulisan blog ku yang sungguh ku buat dari hati. Ku harap kalian
menyukainya, dan terimakasih akan kenangannya. Apakah 10 tahun lagi kita
bertiga masih sama adanya?? Kurasa tidak. Karena kalian telah berganti gelar.
Bukan teman, tapi SAHABAT. Bolehkah??? Lope.. Lope…ATM uyee!!! :v
Astrid Averry Luciandra
Siregar.
yang bersyukur punya kalian. J
yang bersyukur punya kalian. J
Komentar
Posting Komentar