FIRASAT (untuk pengalaman nyata yang ku doakan untuk pergi..)
FIRASAT
Aku ingat 1
minggu yang lalu aku masih duduk termenung di bangku kuning dengan warna yang
kurang ku sukai. Menunggu ketidak pastian dalam banyak hal, membuat ku terlatih
untuk menunggu. Di temani dengan seekor kucing yang setia di sampingku. Ia
menatap jauh kedepan seakan ada yang di pikirkan. Benakku bertanya, apa alasan
yang membuat nya begitu lama?
Menanti
membuat ku melihat sekelilingku. Memperhatikan hal kecil ciptaan Tuhan yang
mungkin lupa ku syukuri. Merasakan belaian angin yang senantiasa menyapaku, dan
langit cerah yang senantiasa menerangi hari ku. Terbesit firasat aneh dalam
hati . Tapi ku tepis dalam keraguan.
Meskipun
waktu tidak pernah menunggu, aku setia
dalam sepi. Janji yang sudah kita buat tidak akan ku ingkari. 30 menit.. 1
jam.. masih terasa menyenangkan karna aku tau kau akan hadir disini. Mungkin
nanti kau datang, aku akan menceramahi mu dengan seribu kata. Dan aku tidak
sabar untuk memberi taunya.
Ada
banyak cerita, yang ingin ku utarakan. Seperti bagaimana awal kita bertemu,
bagaimana aku berakhir dengan namamu yang selalu ku sebut dalam doa, dan
bagaimana sosok mu yang sampai hari ini aku tunggu bersama si kucing manis ini.
ah, mungkin sebelumnya aku akan mengingatkan mu tentang hewan bermata lucu ini.
dia sering menjadi saksi bisu perjumpaan kita. Dan dia tidak pernah cerita pada
orang lain, mungkin kucing lain juga termasuk.
Sebagian
orang mungkin membunuh waktu dengan membaca atau sibuk dengan gadgetnya
masing-masing. Seperti orang di sampingku, sedari tadi ia sibuk mengotak atik
HP nya. Kemungkinan besar 30 menit lagi dia akan kehabisan baterainya. Dan
benar saja, setelah itu dia pergi dari kursi merah kecil itu dan meninggalkan
jejak Kehadirannya.
Mataku
beralih dengan sosok yang baru datang 20 menit lalu. Seorang anak perempuan
yang masih berusia tanggung. Seragam yang dikenakannya sama seperti yang kita
pakai. Putih biru. Terlihat sedikit memudar putihnya. Itu menandakan ini adalah
tahun ketiga dalam jenjang pendidikannya. Buku yang sedari tadi di baca adalah
salah satu best seller dari novelist ternama di dunia. Untuk anak seumuran dia,
mungkin buku berat seperti itu akan sulit di mengerti. Terlihat jelas dari
wajahnya yang tersirat kebingungan. Aku bertanya-tanya dalam hati, mengapa ia
mau membaca buku tersebut? Sementara tampilannya adalah anak kekinian yang
tidak menyukai aroma kertas dan goresan cerita kelas berat. Dan benar saja, si
penyebab datang. Seorang pria tampan yang terkesan serius menghampiri gadis
belia itu. Senyumnya merekah dan akhirnya mereka meninggalkan ku dalam
kesendirian. Menyisakan ku bersama bangku kuning yang kurang ku sukai dan si
kucing yang sudah tidur manis di pangkuanku.
“Cepatlah
datang.. aku juga ingin seperti mereka..” gumamku.
Hampir
2 jam aku duduk di sini. Mungkin sudah cukup lama menunggu. Jika saja aku
membawa telepon ku, sudah ku hubungi ia dari tadi. Apakah aku harus pergi
menjemputnya? Tapi bagaimana jika ia nanti datang ke sini? Dan bagaimana bila
akhirnya kami saling mencari? Akan jadi lelucon nantinya. Si jahat dalam otak
ku mengatakan aku harus pulang dan melakukan sesuatu hal yang lebih berguna.
Sementara si baik dalam otakku mengatakan aku harus pergi menjemputnya dan
segera bertemu dengannya. Kerinduanku memaksa kaki ku untuk bergerak. Tapi
keraguan ku menahan tiap langkah ku.
Tiba-tiba
seorang pria datang dengan terburu-buru. Ia berhenti persis di depan ku.
Perawakannya mirip dengan dia. Orang yang ku tunggu. Tapi ekspresi wajahnya
seakan ingin mengatakan sesuatu. Suatu hal yang tidak pernah ku duga akan
terlontarkan darinya.
“Astrid kan?”
katanya sambil menarik nafas dalam-dalam.
“iya. Itu saya.
Mas siapa yah?” tanya ku balik untuk memperjelas keadaan.
Dia menatap ku.
Lama dan lekat. Tatapannya mengatakan seolah ada suatu hal buruk terjadi.
Firasat ku menguat dan semakin menekan ku. Si baik dalam diri ku mulai melemah.
Dan semua terjadi sekejap mata.
“Maaf… ia tidak
bisa datang.”
“Maksudnya?”
.
.
.
.
.
.
“Ia kecelakaan
dan harus pergi duluan.”
Mataku
terpejam. Dan nafas ku terasa berat. Oksigen yang mengalir ke otak ku berkurang
jika aku memikirkan kejadian itu. Janji yang tidak pernah di tepati. Sebuah
kisah pilu yang selalu ku kubur dalam-dalam dan menguncinya rapat-rapat.
Mungkin air mata sudah kering dan penyesalan sudah tidak datang terlambat lagi,
tapi memang sudah datang dan berlalu seiring waktu. Luka lama yang kembali
terbuka mengijinkan ku untuk mengingat. Sosoknya dan semua kebaikannya harus
berakhir secepat kilat. Tidak ada yang bisa di salahkan. Justru sebaliknya,
pasti ada kebenaran dalam setiap kejadian. Dan kebenaran ku ialah maju dan
meninggalkan semuanya. Menjadikannnya kenangan adalah hal yang tersulit bagi
ku. Aku berjuang melupakanmu. Dan aku salah.
Harusnya
aku tetap mengingat senyummu. Yang harus ku lupakan ialah sedihnya perpisahan
kita. Padahal aku tau, cepat atau lambat,…
KAMU…… AKU…… pasti akan bertemu. Janjiku. Lagi.
Komentar
Posting Komentar