SURAT UNTUK ‘RASA’


Untuk 'rasa' yang harus tinggal lebih lama,


Selamat malam ‘rasa’. Bagaimana kabar mu? Ku harap kau baik-baik saja. Kalau kau bertanya sebaliknya tentangku, aku akan menjawab hal yang sama. Aku ‘baik-baik’ saja.

Apa tadi malam kau melihat bintang? aku melihatnya semalam. Indah. Sinarnya yang redup menghias langit yang kelam malam itu. Terlihat bertabur kilaunya. Karna kehadiran bintang, setidaknya seseorang di dunia ini bisa duduk menikmati pesona semalam. Walau tidak terlalu terang, bintang jujur dengan keberadaanya. Sungguh, benar-benar jujur. Tidak seperti kita.



Maaf aku meracau sedikit tentang bintang. Aku memang begitu. Sering mengucap hal yang berlainan. Hati dan pikiran tidak senada. Tapi setidaknya pikiran ku masih punya masa depan. Logika ku masih yang menetukan. Yah,… walau hati sedikit campur tangan. Maksudku menulis surat ini adalah untuk meminta maaf. Mungkin kau sudah tau alasan ku meminta maaf. Tapi akan ku jelaskan sedikit lagi…

Mimpi mungkin bunga tidur, tapi hanya disana aku dan kamu, ‘rasa’, bisa saling bercanda gurau tanpa harus ketakutan. Mungkin hanya disana kita bisa saling terbuka dan menceritakan harap kita masing-masing. Kalau aku boleh menebak, mungkin kau berharap untuk kesiapan ku akan dirimu. Kesiapan ku saat aku berani terbuka kepada semua orang, tentang siapa ‘rasa’ sebenarnya. Dan kalau aku boleh mengutarakan harapan ku, maka aku akan menjawab hal yang sama denganmu.

Untuk ingin kita berdua yang belum bisa kuwujudkan, aku sungguh meminta maaf. Mungkin sekarang kau terluka, terkunci dalam keraguan dan menghela nafas kekecewaan. Semua karena ketidak sanggupan ku. Semua karna raguku. Aku sudah lelah untuk menutup telinga dari semua ucapan mereka yang tidak mengenal kita. Mencoba menutup mata dari pandangan mereka yang selalu meletakan kita di pihak yang salah. Aku hanya tidak bisa menemukan jawaban dari keberadaanmu. Jika Tuhan sungguh tidak menciptakanmu, lalu kenapa kau hadir dalam hatiku? Merasuk akal sehatku dan selalu menantang keinginanku yng sebenarnya untuk mucul kepermukaan? Bahkan karna kamu ‘rasa’, air mataku mengering. jiwaku tak jarang terkulai lemas karna tak henti-hentinya memikirkan kita yang sebenarnya.



Untuk kejujuran yang salah diartikan, aku sungguh memohon maaf. Karna yang dapat ku pahami, jujur, jika mereka berada di posisi kita, aku yakin akan menjadi kebohongan semata. Kita selalu akan berada di sisi yang tidak menguntungkan. Karna itu,…

‘rasa’…..

Akan lebih lama waktumu di dalam kerahasiaan. Maaf… harus kulakukan ini semua. Kumohon, jangan memberontak dan melukai sekitar kita. Kumohon, maklumilah dunia kita. Kumohon padamu untuk jangan pernah menyerah akan ku. Kumohon untuk tetap menyadarkan ku, akan cintanya diriku padamu ‘rasa’ yang sebenarnya.

Aku berjanji padamu…
Saat hujan membasahi tanah dengan rintiknya,..
Saat angin membelai lembut jiwa, pikiran dan kamu, ‘rasa’...
Saat dunia tidak terlalu sibuk lagi mengurus kita berdua..
dan saat cinta memang sudah terlampau batas…



Kau tidak lagi menjadi kenangan. Kau tidak lagi menjadi korban. Kau tidak akan lagi menjadi rahasia yang ku simpan dalam-dalam. Kau tidak akan lagi cemas untuk melepas pelukan kecil ku.
Aku menjaminnya untukmu.

Maaf….
Kumohon, Tunggulah……


Dari pemilik ‘rasa’ itu,

ASTRID. A.L.S

Komentar

Postingan populer dari blog ini

YANG BERSYUKUR PUNYA KALIAN (tribute to ATM)

Pelabuhan Rindu

Mawar dan Hujan